Khotbah mengenai Yesaya 50 : 4-11
Syalom!
Berbicara mengenai ketaatan, sangatlah dekat dengan kehidupan kita. Taat menjadi hal yang sangat mudah dibicarakan, tapi sulit untuk diterapkan dalam hidup keseharian. Taat menjadi salah satu aspek yang diperlukan dalam kehidupan umat manusia. Tetapi pada kenyataannya di zaman sekarang tidak sedikit orang yang mulai tidak taat. Tidak taat dalam melaksankan program, ketidaktaatan dalam berumah tangga, tidak taat pada pemerintah dalam hal membayar pajak misalnya. Dan ketidaktaatan itu pun dapat menimbulkan berbagai hal antara lain : orang tidak punya waktu untuk berdoa, bersekutu, relasi dengan pihak lain menjadi renggang akibat ketidaktaatan yang muncul. Dan ketidaktaatan ini sama sekali tidak menunjukkan kerakter seorang Hamba Tuhan. Sebab ketaatan adalah panggilan orang percaya. Di minggu sengsara yang pertama ini, dalam sorotan tema ‘Dipanggil Untuk Taat’ kita dihentar untuk lebih taat kepada Tuhan, walaupun banyak tantangan dan pergumulan. Kita percaya Tuhan tidak akan membiarkan kita, Ia pasti menolong.
Kitab
Yesaya berbicara mengenai umat dan para pemimpinnya tidak mematuhi hukum Tuhan
sehingga mereka dihukum. Mereka dibuang ke Babel, kemudian kembali ke Yehuda.
Bait Allah dibangun kembali, seperti yang dijanjikan Allah, dan umat yang
menantikan masa yang lebih cerah. Arti nama Yesaya sendiri menyatakan salah satu tema penting dalam
kitab ini. Dalam bahasa Ibrani, nama itu berarti “Tuhan Menyelamatkan”. Dalam perikop
yang kita baca saat ini tema penting yang disajikan adalah mengenai penghiburan
dan pengharapan bagi umat pilihan Allah yang hidup di pembuangan di Babel.
Tuhan Allah akan membuka jalan bagi Israel untuk kembali ke Yehuda dan
memulihkan Bait Allah di gunung Sion, gunung kudus Yerusalem. Di sanalah Ia
sekali lagi akan tinggal di antara umat. Dalam bagian ini berisi tentang perenugan
mengenai Hamba Tuhan yang dalam perikop ini dimaksudkan sebagi umat Israel,
tetapi juga kepada Yesaya (mengacu pada penggunaan kata “aku” atau “ku”. Dalam melakukan
tugas serta tanggung jawab yang diberikan untuk seorang “Hamba Tuhan”,
menderita secara fisik dan dipadang hina
akan menjadi konsekuensi. Tetapi pada akhirnya penderitaan seorang “Hamba
Tuhan” akan menghapus dosa dan kesalahan
orang lain. Dalam kaitan dengan hal itu, maka Yesus pun sendiri menyebut
diri-Nya sebagai seorang “Hamba Tuhan” yang akan memberikan nyawa-Nya menjadi
tebusan bagi banyak orang.
“Memiliki
lidah seorang murid” menyatakan bahwa semua sabda yang keluar dari
perkataan-Nya memberikan semangat baru bagi mereka yang mendengar dan sabda
yang keluar itu menjadi keselamatan. Seorang Hamba Tuhan harus mampu memberikan
dampak kepada orang yang percaya melalui perkataan yang keluar dari mulutnya.
Apakah wajar jika mulut yang mengeluarkan berkat, juga dapat mengeluarkan
kutuk? Perkataan yang keluar dari dalam mulut ini, haruslah memberi dampak yang
positif serta menimbulkan keselamatan. Dalam
pasal 5 penggunaan kalimat “tidak memberontak, tidak berpaling ke
belakang...” memberikan pengertian bahwa Sang Hamba Tuhan mengikuti ajaran-Nya
dan tidak memberontak. Suatu pengajaran mengenai konsistensi dalam mengikuti
Tuhan. Seberapa besarpun tantangan serta halangan yang datang, seorang Hamba
Tuhan akan terus ada dalam komitmen-Nya dan tetap berpegang pada Tuhan.
Pengharapan dan pertolongan akan keselamatan yang disediakan Allah menjadi
motivasi dalam perwujudan sarana keselamatan (ayat 7) . Dalam ayat 10-11 dijelaskan tentang penharapan
yang adalah sebuah kepatian bahwa Tuhan akan membenarkan orang yang taat dan
setia melakukan penggilan sebagi hamba-Nya. Hamba yang taat tersebut terus
menyampaikan berita keselamatan dan berita pertobatan. Juga tentang mereka yang
sadar dan menolak Tuhan. Mereka “terbakar” oleh cara hidup mereka yang jahat,
dan akan menghadapi penghukuman Tuhan.
Dalam pembacaan kita pada saat
ini, kita diingatkan untuk taat akan panggilan Allah. Sungguh
melalui nas ini kita dapat melihat bagaimana Tuhan Yesus telah memperlihatkan
kepada kita bahwa nubuatan yang dituliskan oleh nabi Yesaya bukan hanya
kata-kata, tulisan-tulisan ataupun pengharapan kosong. Semuanya itu telah
digenapi oleh Yesus Kristus Tuhan kita yang membawa keselamatan bagi seluruh
umat manusia yang percaya akan keampunan dosa yang dibawa olehNya.Sebagai umat
yang percaya kepada Yesus patutlah kita mengsyukuri pertolongan dan
penyelamatanNya dalam kehidupan kita dari kuasa maut, bahwa karena
penderitaan kita-lah Tuhan Yesus harus menanggung semua penderitaan itu.
Sehingga bagaimana juga kita diteguhkan berbuat dalam kehidupan kita menerapkan
hidup sebagai “Hamba Tuhan” yang setia. Memiliki lidah dan pendengaran seperti
seorang murid. Kita tetap setia dan taat mendengar semua tuntunan Tuhan dalam
hidup kita.
Memaknai
minggu sengsara yang pertama ini, menekankan pada hal spiritualitas kehambaan.
Hamba Tuhan perlu mendengar suara Tuhan dengan jelas dan tepat supaya berita
yang ia sampaikan dapat dimengerti dan mereka yang mendengarnya percaya kepada
Tuhan. Hamba Tuhan dipanggil untuk taat. Mendengar penggilan Tuhan menjadi
respon akan keselamatan yang telah diberikan Tuhan. Merespon panggilan Tuhan,
maka kita akan memiliki kehidupan menyenangkan dan memiliki kualitas hidup yang
baik. Kita akan memperoleh kekuatan
untuk memperoleh kekuatan untuk menjalani hidup ini. Belajar taat memungkinkan kita agar diberkati dalam segala hal. Tuhan tidak pernah meninggalkan hamba-Nya yang berusaha
menjadi berkat bagi sesama. Berkomitmen dalam ketaatan pada Allah akan
menimbulkan suatu dampak yang luar biasa yang tidak terduga.
Dipanggil untuk taat kepada Tuhan
memcerminkan kesediaan untuk menjawab panggllan Tuhan. Sekalipun banyak
tantangan dan pergumulan bahwa hinaan dan penderitaan, kita percaya bahwa Tuhan
tidak akan pernah meninggalkan kita. Sebab penderitaan dan siksaan yang dialami
Yesus dalam “Via Dolorosa” tidak
dapat dibandingkan dengan penderitaan kita, oleh karena Ia begitu mengasihi
kita. Karena Yesus menang atas
penderitaan-Nya, Ia sudah mengalahkan maut, maka Ia pasti akan memberkati setiap
orang yang percaya kepada-Nya.
Marilah
kita maknai minggu sengsara yang pertama ini untuk menjawab panggilan Tuhan
agar hidup taat dan berpegang pada perintah-Nya. Jadilah murid Kristus dengan meneladani-Nya sebagai
Sang Hamba. Dengarkan
firman Tuhan dan taati, apa pun risiko yang harus kita tanggung. Kristus menyertai dan
memberi kita kekuatan. Dunia tidak dapat
memfitnah apalagi menghancurkan kita saat kita melakukan tugas kemuridan kita.
makase gan...
ReplyDelete