Khotbah Markus 4:35-41 'Angin Ribut Diredakan'
Saudara
kekasih,
Setelah Yesus mengajar di Galilea,
Ia mengajak murid-murid-Nya untuk pergi ke seberang di daerah orang Gerasa.
Yesus beserta rombongan melakukan perjalanan via danau, yakni danau Galilea. Mereka
naik kapal, kalo orang manado bilang
‘pajeko’, untuk kapal yang besar dan, ‘keleng-keleng’
untuk yang kecill bagi penyebutan
dari orang-orang Amurang. Meski danau ini memiliki reputasi sebagai danau yang
memiliki usaha perikanan yang begitu terkenal, danau yang berada di tengah
lembah Yordan ini, dikelilingi bukit-bukit, dan membuatnya beroleh angin yang
kerap meniup turun dan badai yang dapat datang secara tiba-tiba. Dan ini yang
terjadi saat Yesus dan rombongannya melewati danau Galilea.
Para murid berada dalam perahu
yang sama dengan yang dinaiki Yesus. Pada saat kejadian, semua penumpang panik
dan merasa bahwa diri mereka akan binasa secepatnya. Mereka merasa pesemis akan
melewati badai itu. Mereka berkata,”Guru, Engkau tidak perduli kalau kita
binasa?” Tetapi, Yesus bangun dan
berkata, ‘Diam, Tenanglah”, sambil menghardik angin itu. Lalu, angin itu reda. Yesus bertanya kepada
mereka “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Kita bisa
melihat para penumpang lain begitu takut dengan apa yang telah dilakukan Yesus.
Satu bulan lalu kita dengan penuh
sukacita merayakan Valentine, ada yang bagi-bagi coklat yang bagi-bagi permen,
ada yang bagi-bagi kudapan, ada juga yang bagi-bagi senyum, termasuk saya. Satu
bulan kemudian, kita berada dalam situasi yang menggemparkan, situasi yang
menuntut kita untuk lebih berhati-hati, menjaga jarak dengan yang sakit dan
dianjurkan tidak pergi ke tempat keramaian apabila tidak terlalu penting
urusannya. Covid-19 dinyatakan menjadi pandemi. Dan itu berdampak pada kita sekarang
ini.
Mungkin setiap pagi kita punya
waktu untuk saat teduh, atau hampir setiap hari kita berbicara mengenai Tuhan,
atau setiap kita berbicara mengenai kegiatan-kegiatan untuk memperkokoh iman
dan harapan jemaat-jemaat. Tapi, kita harus tau, murid-murid Yesus yang setiap
hari berjalan bersama-Nya, mendengar secara langsung apa yang diajarkan Yesus,
menjadi saksi langsung mukjizat-mukjizat yang telah dilakukan oleh Yesus,
sempat pesimis dalam menghadapi badai itu. Ingat, murid-murid Yesus bersama dengan-Nya
di kapal itu pada saat kejadian.
Badai dalam hidup adalah cara
kita berjumpa dengan Allah. Menariknya, dalam perahu, Yesus tidak terpaku, tapi
Dia bertindak, Dia bertindak menurut waktuNya, dan waktuNya selalu tepat tidak
pernah terlambat. Siapa saja bisa dipakai Tuhan menyelamatkan kita, siapa saja
bisa diselamatkan Tuhan dalam masalah kita. Kita yang sering tak percaya, lebih
melihat masalah yang besar dibanding Tuhan yang besar dalam masalah kita. Lalu
kita menyerah. Saya ajak janganlah kita berdoa kepada Tuhan dan berkata,
“Tuhan, saya memiliki masalah yang besar”, tapi katakanlah “hei masalah, kamu
tidak ada apa-apanya. Saya memiliki Tuhan yang lebih besar!”.
Ada banyak orang merasa Tuhan
hilang, atau diam saja. Itu reaksi mereka yang tidak mengenal Tuhan.
Murid-murid mengklaim Yesus tertidur, padahal bagi Allah yang mengatur tiap
denyut jantung kita, mana bisa Dia tertidur? Tapi iman perlu bertumbuh. Kalau
kita sendiri tidak mau belajar mengenal Allah di dalam masalah kita, tidak akan
kita bertumbuh. Apa Tuhan tidur? Apa Tuhan tidak bertindak? Ia tidak tidur. Dia
bertindak, tapi kehadiran-Nya larut dalam kekuatiran dan dangkalnya pemahaman
iman kita.
Kita tidak tau apa yang akan
terjadi besok dan di hari-hari selanjutnya, tetapi hati gembira adalah
obat. Dan saya yakin, bahwa firman Tuhan
menjadi vitamin rohani bagi kita semua. Satu hal yang perlu kita imani, bahwa
penyertaan dan perlindungan Allah akn selalu bersama dengan bahtera hidup kita.
AMIN.
Comments
Post a Comment