Membedah Yang Beda
Sejak ditetapkannya Pandu Sidang Raya pada bulan April lalu, sudah terlewati beberapa pertemuan dan pembekalan sebelum kumpul di Toraja. Pembekalan ini bukan tanpa tujuan. Arahnya sangat jelas, untuk membekali dan juga memberikan insight terhadap game floor-nya nanti saat kegiataan berlangsung. Jelas, konkrit dan terarah.
Tugas seorang pandu memanglah sangat fleksibel. Dia tidak terikat pada penugasaanya, tidak terikat pada tempat di mana dia ditugaskan. Dia terikat pada inisiatif dan fleksebilitasnnya. Kedua hal ini menjadi dasar dan kunci seorang Pandu bekerja.
Di Toraja, sekira ada 100 Pandu yang disediakan, setengah dari Sinode-Sinode anggota PGI dan yang lain diambil dari Gereja Toraja, tuan rumah kegiatan. Jumlah ini dinilai cukup untuk dapat membantu kegiatan Pertemuan Raya Pemuda dan Perempuan Gereja, Sidang MPH dan MPL, Roundtable Meeting dan Sidang Raya. Meskipun demikian, Satuan Tugas Pandu menganggap ini belum cukup.
Satuan Tugas Pandu dibentuk untuk membantu apa yang diperlukan oleh semua Pandu selama kegiatan berlangsung. Sehingga, Satgas Pandu secara teknis mempersiapkan hostpitality untuk pandu. Melihat ini, Satgas Pandu ternyata berusaha menambahkan sekira 50 lebih teman-teman dari Gereja Toraja untuk menjadi Volunteer selama kegiatan berlangsung.
Hal ini sempat menimbulkan kebingungan antara Biro Pemuda Remaja PGI dan Satgas Pandu. Pasalnya, keduanya pihak saling menyodorkan tenaga pandu. Tugas Pandu (steward) pada basicnya adalah seorang Volunteer. Kehadiran dua grup yang seyogyanya memiliki tupoksi yang sama. BPR PGI dan Satgas Pandu berdiskusi dan pada akhirnya mencapai kesepakatan.
Tidak ada yang beda terkait kedua tim ini, hanya perlu diingat bahwa ada beberapa teman-teman khususnya dari GT yang telah mengikuti serangkaian seleksi dan wawancara yang telah dilewati waktu yang lalu. Satu arah untuk game floor hanya boleh dari BPR PGI sebagai admin.
Semoga tetap berproses.
Comments
Post a Comment