Menyapa Toraja di 2024



   


 "Mari Pak, Taxi", "Mau ke mana?", "Sini saya antar Pak". Ajakan-ajakan itu menyambut saya dalam ketibaan saya di Bandara Sultan Hasanudin Makassar. TIdak ada yang salah tetapi tidak juga sepenuhnya dapat diterima. "Tidak terima kasih Pak, saya sudah ada yang akan menjemput," jawab halus saya. Saya bahkan berhenti dan menjawab. Tetapi beberapa driver dengan sengaja membuntuti sampai saya duduk di Circle K. Nongkrong di Keberangkatan menjadi opsi mutakhir saya. 


    Setelah Kak Rosi dan Kak Debby tiba kami berangkat terpisah karena adanya salah komunikasi. Saya sendiri bersama dengan Pak Lucky. Supir rental mobil yang sudah akrab dengan jalur Makassar-Toraja. Orangnya baik dan mudah menjadi teman mengobrol selama perjalanan. Mungkin juga karena bertemu dengan orang baru tidak menjadi masalah baginya. 8 jam siap ditempuh.

       Sepanjang perjalanan saya ditemani dengan Pesisir pantai di Kabupatan Barru. Indah dan eksotis. Kami singgah makan di Restoran Arum Pala. Lokasinya bersebelahan dengan pantai. Tanpa pendingin udara, angin laut sudah cukup menyambut kami makan. 





    Setengah jalan, berbeda medan. Kali ini tikungan-tikungan menjadi lawan dari Pak Lucky. Untunganya ia sigap dan terampil. Beberapa ruas jalan di Kabupatan Engrekang sempat terkena musibah longsor. Meskipun belum rampung, setidaknya jalan sudah bisa dilalui tanpa harus melewati jalur alternatif yang dibuat darurat. 


    Kami sampai di BPS Gereta Toraja pukul 6.30 sore. Arrang, temanku dari Pandu Sidang Raya 2019 di Sumba menyapa. Saya bertemu dengan beberapa rekan-rekan pandu yang lain. Di malam itu juga kami berusaha mengkarabkan diri. Makan malam di Rumah Bapak Pendeta Mangallo, Pendeta Jemaat Gereja Toraja jemaat Rantepao. Kami disuguhi Balo, rasanya mirip dengan Saguer

    Alun-alun menjadi tempat destinasi kami. Ramai, meskipun agak gelap. kami berjalan sekira 10 menit dan berakhir dengan menyadari bahwa tubuh kami butuh tidur. 
   
    Minggu 27 Oktober, kami menyatu bersama dengan Gereja Toraja Jemaat Rantepao. Menurut informasi, Jemaat ini adalah jemaat pertama di Gereja Toraja. Ikonik dan sarat memori. Tertulis di prasati depan gereja, "BATOE PERTAMA DILETAKKAN OLEH PENDETA D.J VAN DIJK PADA 18 SEPTEMBER 1935". 


    Bangunan aslinya masih terawat dan saya berharap tidak akan pernah dirubah. Disamping gereja itu ada bangunan untuk pelayanan yang sedang dibangun, katanya akan diresmikan pada saat Sidang Majelis Pekerja Lengkap nanti.


    Sorenya, kami bergabung bersama dengan teman-teman pandu yang udah berada di Tangmentoe, Pusat Studi dan Pembinaan Gereja Toraja. Kami akan dibekali di tempat ini. 

    Toraja 2024, mengukir kisah dan memori yang baru. Mari memulai satu hal baik untuk dinikmati banyak orang. 


 

Comments

Popular posts from this blog

Ringkasan Buku Sejarah Pikiran & Praktek Pendidikan Agama Kristen - Robert Boehlke Ph.D

Khotbah mengenai 1 Petrus 3 : 13-22

Laporan PPL 2017 - Gereja Anglikan Batam, 'Church of The True Light